PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, kita lihat begitu beragamnya
karakter manusia. Karakter yang terbentuk secara natural ataupun rekayasa,
karakter ini tercerminkan bagaimana penampilan orang tersebut. Karena banyak
yang masih menilai diri seseorang berdasarkan penampilan, sehingga penampilan
ini lah yang dijadikan gambaran bagaimana karakter seseorang dan kemudian dari
karakter itu menjadi identitas. Oleh sebagian orang, penampilan ini dijadikan
suatu patokan tingkatan atau derajat sosial dan akhirnya banyak yang merekayasa
karakter melalui penampilan.
Saat ini saya melihat banyak kejadian yang menggambarkan bagaimana
lapisan-lapisan sosial berakibat sangat fatal terhadap kehidupan sesorang. Saya
ambil contoh di suatu rumah sakit swasta Tangerang yang menunjukkan dampak dari
lapisan sosial yang terbentuk. Suatu ketika seorang Ibu Hamil yang akan melahirkan
datang ke RS tersebut dan diarahkan ke IGD oleh petugas RS. Akantetapi Ibu
Hamil itu tidak langsung ditangani dan harus mengurus Administrasi termasuk membayar
uang deposit untuk proses melahirkan. Sayangnya keluarga Ibu itu belum memiliki
dana, sehingga harus mencari pinjaman. Beberapa jam setelahnya Keluarga Ibu tersebut
datang ke RS dan mengurus Administrasi, tetapi menjadi sia-sia karena sudah terlambat.
Sang Ibu dan Bayinya sudah tidak dapat tertolong karena tidak mendapat perawatan.
Dari kasus diatas bagaimana masih ada pembeda-bedaan derajat dengan lapisan
sosial tertentu. Sangat disayangkan hal diatas terjadi di suatu tempat yang seharusnya
melayani tanpa melihat status sosial dan derajat seseorang. Oleh karena itu benar
apa yang dikatakan pepatah “Don’t Judge The Book From The Cover” bahwa tidak seharusnya
kita menilai seseorang dari penampilan ataupun dari status sosial seseorang melainkan nilailah
apa yang ada didalam diri seseorang tersebut. Dan jangan beda-bedakan derajat seseorang
bahwasannya derajat manusia adalah sama.